Selasa, 17 September 2013

SUARA KASIH


BULETIN YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA


“FREEDOM IN GOD”




Edisi III/ Tahun 2/ Mei 2013-Agustus 2013

Untuk Kalangan SendirI



SALAM REDAKSI

Para pembaca yang budiman…. kembali “Suara kasih”, Buletin dari Yayasan Mutiara Kasih Indonesia edisi ketiga kami persembahkan kepada anda sebagai sarana komunikasi antara Yayasan Mutiara Kasih Indonesia dengan pihak Penderma.

“Suara Kasih” di edisi yang ketiga ini mempunyai Judul “FREEDOM IN GOD”, dimana kami mengajak para pembaca sekalian untuk merefleksikan, bagaimana kita mempunyai kebebasan hati dalam Tuhan dan bagaimana kita sebagai manusia yang diberi kehendak bebas dapat menggunakan kehendak bebas tersebut  sesuai dengan kehendakNya.

“Suara Kasih” dalam edisi yang ketiga akan menyajikan Renungan, Laporan Kegiatan Retreat Guru, Kata Bijak, dan Laporan Keuangan.

Akhirnya semoga melalui “Suara Kasih” komunikasi antara para pembaca, penderma dan Yayasan Mutiara Kasih Indonesia boleh terjalin dengan baik.

Redaksi “Suara Kasih”

SUSUNAN REDAKSI SUARA KASIH DAN SUSUNAN PENGURUS YMKI

SUSUNAN REDAKSI SUARA KASIH
Penasehat/ Penanggung jawab
Sujanto
Pemimpin Umum               
Fransiskus Eko
Pemimpin Redaksi
Susana
Editor
Sujanto

SUSUNAN PENGURUS YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA (YMKI)
Penasehat
:
Denny Hartono dan Sujanto
Ketua
:
Fransiskus Eko
Pengurus Harian
:
Susana

Senin, 16 September 2013

PROFIL YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA

Yayasan mutiara kasih, lahir dari kerinduan untuk mencerdaskan bangsa melalui pendidikan formal dan ikut ambil bagian dalam pendidikan moral dan spiritual untuk membentuk generasi bangsa yang mempunyai jiwa yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman, serta mempunyai budi pekerti yang baik dan mempunyai karakter yang baik. Apa yang baik dalam diri seseorang itu digali dan dibina serta dikembangkan sehingga dapat menjadi mutiara yang berharga dan memberikan kasih pada lingkungan sekitarnya. Yayasan Mutiara Kasih juga lahir dari kerinduan untuk menanamkan dan menjalankan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (sila ke 5 dari Pancasila) dibidang pendidikan.


VISI

Menjadikan peserta didik orang yang kuat dalam iman, berprestasi, mandiri dan mempunyai karakter yang baik.


MISI
  1. Menanamkan nilai-nilai rohani hingga mempunyai akar yang kuat dalam iman pada peserta didik.
  2. Menanamkan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan pada peserta didik.
  3. Menggali potensi anak dan mengembangkan potensi anak hingga mereka dapat berprestasi.
  4. Mengikuti perkembangan kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi dan mengajarkannya pada peserta didik.
  5.  Memotivasi anak untuk maju dan berkembang serta mempunyai kepercayaan diri.
  6. Melakukan pendidikan karakter.

KATA PENGANTAR

Kebebasan adalah hak asasi manusia, tapi penyalahgunaan terhadap kebebasan akan menghancurkan diri sendiri dan merugikan lingkungan.

Ketika bangsa Indonesia dibebaskan dari penjajahan maka bangsa Indonesia mulai bangkit dan bergerak maju dengan semangat 45, tetapi fenomena yang terjadi sekarang, banyak sekali orang Indonesia yang menggunakan kebebasan tersebut untuk keuntungan diri sendiri, tanpa memikirkan nasib dan dampak bagi orang lain, sehingga Negara Indonesia tidak dapat maju dengan pesat dibandingkan dengan Negara-Negara lain, contoh : Negara Malaysia merdeka pada tahun 1948, tetapi sekarang pembangunan dan perekonomian di Negara tersebut maju pesat sekali.

Seorang anak remaja dan pemuda-pemudi bangsa dapat menggunakan kebebasan mereka dengan 2 pilihan:
  1. Jika mereka gunakan kebebasan mereka untuk hal-hal positif maka mereka akan mempunyai masa depan yang cerah dan dapat menjadi berkat bagi orang di sekitarnya serta membangun bangsa ini. Contoh : rajin dan tekun dalam menuntut ilmu, pengembangan diri dan talenta.
  2. Jika mereka gunakan kebebasan mereka untuk hal-hal negative maka  mereka tidak akan mempunyai masa depan yang cerah dan tidak dapat memberkati orang di sekitarnya serta tidak membangun bangsa ini. Contoh : senang hura-hura, memakai obat-obat terlarang, free sex.

Oleh karena itu perlu kesadaran pribadi yang tinggi akan bahaya-bahaya dari penyalahgunaan kebebasan dan perlu juga kepeduliaan dari orang-orang di sekitar mereka untuk menyadarkan mereka dan mengarahkan mereka untuk menggunakan kebebasan dengan baik. (MAVS)

KEBEBASAN KEPADA KEKUDUSAN

Salam jumpa kembali Saudaraku.Topik kita kali ini tentang kebebasan. Sering orang bertanya tentang apa itu kebebasan yang sejati. Akan tetapi, apakah ada kebebasan yang sebenarnya sejati di dunia ini? jawabannya tidak. Bisa dikatakan kebebasan hakiki itu sebenarnya semu, kita bebas atau merasa bebas dari satu hal yang mengekang kita selama ini tapi disadari atau tidak, tetap ada "syarat/batasan" yang harus kita terima atau lalui.

Wujud dari batasan itu memang beragam, tergantung dari jenis kebebasan yang ada. Seperti facebookers yang bebas menulis tentang apa saja, tapi tetap ada batasan salah satu contohnya tidak boleh menulis tentang kejelekan orang, kelompok atau golongan tanpa ada bukti hukum yang jelas. Begitu juga dengan berkomentar, dimana kita bebas mengomentari setiap tulisan orang lain, tapi tetap ada batasan dimana tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, berkata-kata kasar. Dengan adanya batasan ini, maka kita tahu apa kekurangan dan kelebihan dari proses pemecahan suatu permasalahan.


Penguatan Budaya

Paus Yohanes Paulus II, dalam Surat Ensiklik-nya Centesimus Annus, menjelaskan bahwa, "Individu saat ini sering terhimpit antara dua kutub yakni negara dan pasar." Saya secara pribadi tidak melawan kedua kutub tersebut melainkan mau mengatakan inilah realitas kita saat ini. Dan jalan keluar untuk mengatasi masalah modernisasi ini adalah penguatan budaya. 

Tidak bisa dipungkiri lagi kalau dunia politik dan ekonomi berperan cukup penting bagi kehidupan manusia. Ini adalah realitas kehidupan manusia dan masyarakat saat ini. Namun politik dan ekonomi hanya berurusan dengan aspek-aspek tertentu dari kehidupan manusia dan masyarakat. Budaya adalah aspek yang lebih mendasar, yang berkaitan dengan makna dan tujuan eksistensi manusia dalam jangkauan keutuhannya sebagai makluk sosial. Budaya mengekspresikan ide-ide dan sikap tentang semua pengalaman manusia yang khas, dan akan menyentuh misteri transenden yang membawa kita kepada kekudusan. 

Pada abad ini, peranan budaya telah sering terabaikan demi kepentingan politik dan juga ekonomi. Negara terkadang berusaha untuk menggunakan kegiatan olahraga, pendidikan, seni, komunikasi, atau agama untuk mendukung ideologinya. Atau, bisnis dan industri berusaha untuk mengubah kegiatan budaya menjadi sebuah “perusahaan” demi meraup keuntungan. Kecenderungan terakhir ini sangat nyata terlihat dalam sikap "konsumtif" masyarakat kita saat ini. Bagaimanapun juga budaya harus berorientasi pada benar, indah, dan baik. Setiap kali makna transendentalia ini diperalat guna mencari kekuasaan dan kekayaan akan berakibat pada peradaban yang terdegradasi. 


Peranan Gereja

Dengan melihat realitas modernisasi yang ada, Gereja menjadi kuatir karena tentunya hal ini akan berakibat pada hubungan antara manusia dan Tuhan. Mengingat relasi manusia dengan Tuhan juga mendapat pengaruh budaya itu sendiri. Kita percaya bahwa Allah telah menyatakan kebenaran-Nya, keindahan, dan kebaikan dalam inkarnasi Anak-Nya. Gereja, dengan merayakan kenangan akan kehadiran Kristus, masuk dalam upaya untuk membentuk manusia dalam semangat rasa syukur, cinta, dan pelayanan yang murah hati. Hal demikian memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan sebuah peradaban perdamaian dan cinta. Tanpa agama sebagai kekuatan yang independen, moralitas manusia dapat berubah menjadi alat bagi kekuatan politik dan pasar.


Pemahaman Kebebasan

Untuk masyarakat Barat, kebebasan sering didefinisikan dalam kaitannya dengan politik, sebagai kekebalan dari pengaruh kekuasaan negara. Dalam pandangan masyarakat Marxis, tekanan justru terletak pada kebebasan ekonomi, atau perlindungan diri dari manipulasi oleh kekuatan industri dan modal. Konsep-konsep kebebasan seperti ini terkesan tidak valid, tidak lengkap untuk ita pengikut Kristus.

Dalam pemikiran populer saat ini, kebebasan dipahami sebagai kemampuan untuk melakukan apa pun yang menyenangkan, tanpa batasan moral atau fisik. Pandangan populer ini seakan sewenang-wenang dalam mendefenisikan kebebasan yang menjadikan paham individualisme tanpa hambatan, yang tentunya akan menimbulkan kekacauan sosial, dan bertentangan dengan standar moral.

Gereja mengajarkan kepada kita bahwa kebebasan sejati adalah tidak sama dengan lisensi atau perijinan tanpa batas. Ini juga bukan kekuatan untuk melakukan apapun yang kita ingini tetapi lebih kepada untuk memilih apa yang baik. Moralitas bukanlah penghalang untuk kebebasan kita tetapi kondisi otentik realisasi dan pengaktualisasian diri. Tentunya bertujuan untuk membuat komitmen yang bertanggung jawab, bukan untuk meniadakan kebebasan kita tetapi untuk memenuhi tujuannya. Kebebasan itu sendiri sebenarnya terdiri dari penguasaan diri sendiri dan penentuan nasib terhadap diri sendiri. Kebebasan itu sebenarnya adalah pemberian. Hal ini diberikan kepada kita sehingga kita dapat secara sukarela merangkul dengan baik dan bijaksana kesejatian kita sebagai manusia. "Manusia dilahirkan bebas." Didalam kebebasan itu manusia menyempurnakan kelahirannya dengan total ketergantungan pada orang lain, tetapi seiring perjalanan waktu dan dengan pendidikan dan latihan, manusia secara bertahap memperluas zona kebebasannya. 


Kebebasan adalah Karunia

Dalam arti terdalam, kebebasan adalah karunia Allah karena kita tidak dapat membebaskan diri dari ilusi dan keinginan persona kita tanpa bantuan dan rahmat Ilahi. Karena itu Yesus dapat berkata: "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran akan membebaskan kamu" (Yoh 8:32). 

Allah tidak memaksa kebenaran-Nya dan rahmat-Nya kepada kita, akan tetapi rahmat Allah menjadi daya tarik tersendiri bagi kita untuk tidak menolaknya. "Lihatlah," katanya, "Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk" (Why 03:20). Allah menghormati kebebasan kita, namun ada kemungkinkan bagi kita untuk menyalahgunakannya dengan berpaling dari Dia dan bertindak melawan kehendak-Nya.


Kebebasan dan Tugas Hidup

Izinkan saya mengutip pesan Paus Yohanes Paulus II kepada para Artis: "...semua pria dan wanita dipercayakan dengan tugas dan keahlian dalam hidup mereka masing-masing, dalam arti tertentu mereka diberi kepercayaan untuk menghasilkan sebuah karya seni."

Tuhan, dalam menciptakan dunia, bertindak dengan penuh kebebasan dan tanpa sedikitpun tersirat kepentingan pribadi pada proses penciptaan. Tuhan benar-benar terberkati di dalam dirinya. Dia menciptakan dunia agar kita memiliki semangat berbagi yang tak terbatas terhdap orang lain. 

Dalam kehidupan kita, baik kehidupan jasmani maupun karunia-karunia rohani dan dengan keterbatasan yang kita miliki, kita sebenarnya berpartisipasi aktif dalam kesempurnaan Allah sendiri. Ketika kita mengalami kebebasan dalam membuat hal-hal baru sebenarya secara tidak langsung membawa kita ke dalam hubungan yang dekat dengan Allah Sang Pencipta. Karena kita melanjutkan karya penciptaan yang sudah dimulai oleh Tuhan dengan talenta yang kita miliki. 

Paus Yohanes Paulus II, yang adalah seorang penyair, dramawan, dan aktor sebelum menjadi Romo, sangat menghargai panggilan sebagai seniman. "Surat kepada Artists," juga mengajak kita untuk berefleksi lebih mendalam tentang pentingnya kebebasan berkreasi sebagai properti transendental, terlepas dari kebenaran dan kebaikan.


Kebebasan dan Kekudusan

Sebagai seorang Romo, Paus Yohanes Paulus II sempat membuat analogi antara kebebasan dan kekudusan. Orang-orang kudus mencerminkan kebebasan dan keilahian Kristus karena mereka mengikutinya dengan cara yang asli dan khas. Dengan bebas memberikan diri kita kepada Allah, meniru orang-orang kudus, kita semua dapat mengalami kasih karunia Tuhan dan menjadikan diri kita sendiri dalam keserupaan dengan Kristus. Sama seperti Yesus yang adalah Putra Tuhan, mencerminkan kemuliaan Bapa yang bersinar, sehingga setiap kehidupan manusia bisa menjadi ciptaan bebas yang sejati. 

By : Rm. Ferdinandus Reo, SDB (Kepala Sekolah SMPK. St. Mikael)

LIPUTAN KEGIATAN RETREAT GURU 2013

Syukur pada penyelenggaraan Illahi, kami boleh mengadakan Retreat Guru pada tanggal 5-7 Juli 2013 di pertapaan Ngadireso-Tumpang-Malang.

Retreat yang diikuti oleh Guru dari 4 Sekolah, yaitu : SDK Santo Mikael- Surabaya, SMPK Santo Mikael -Surabaya, SDK Indriasana 4-Surabaya dan SMPK Indriasana 4- Surabaya, dengan total jumlah peserta 17 orang  ini tidak mengurangi semangat dari para peserta untuk mengikuti setiap pengarahan.

Retreat yang diberikan oleh Pak Achsen Gumelar sebagai pembicara utama, dibantu oleh Victor dari BPK-PKK Surabaya memberikan sentuhan dan kesegaran baru pada para Guru yang mengikutinya. Selama 3 hari 2 malam ini para Guru mendapatkan banyak refleksi iman dan hati melalui sharing-sharing dari para pembicara, sehingga sepulang dari retreat ini, para Guru mempunyai hati yang baru dan berkobar-kobar kembali untuk menuaikan tugas dan panggilan mereka sebagi Guru, dan iman mereka semakin diperbaharui dan dikuatkan untuk terus berkarya demi kemajuan anak bangsa Indonesia.

Inilah komentar dari beberapa Guru tentang Retreat Guru :

“Kami sangat senang dengan adanya Retreat Guru ini karena di sekolah kami tidak pernah ada Retreat untuk Guru."

"Kami sangat menyayangkan teman kami yang tidak dapat ikut atau yang batal ikut. Apakah tahun depan akan diadakan Retreat Guru lagi?”

















LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN
No.
Perkiraan
Agts 2012
Aktiva
(Rp)
1
2
3
4
Kas
Bank  BCA
Bank Panin
Piutang
18.561.000
9.657.233
6.088.191


Jumlah Aktiva
34.306.424
Kewajiban dan Aktiva Bersih

5
6
Pendapatan diterima di muka
Biaya yang masih harus dibayar
5.091.416
5.988.000

Jumlah kewajiban
 11.079.416
7
8
Kenaikan Aktiva Bersih
Modal  awal di Bank Panin
    23.127.008
       100.000

Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih + Modal
    34.306.424

  
LAPORAN AKTIVITAS
No.
Perkiraan
Apr-Agts 2013
Penerimaan
(Rp)
1
2
3
4
Donatur Prota
Donatur Beasiswa
Bunga Bank (BCA+Panin)
Sumbangan
24.300.088
2.000.000
15.020
 55.375.000

Jumlah Penerimaan
81.690.108
Pengeluaran

5
6
7
8
9
Biaya Prota
Biaya Adm Bank
Biaya bantuan
Biaya Anak Asuh
Biaya Retreat
22.935.000
60.000
 12.604.000
8.935.000
14.029.100

Jumlah Pengeluaran
58.563.100
Kenaikan Aktiva Bersih
23.127.008

Rabu, 26 Juni 2013

SUARA KASIH


BULETIN YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA


“KEBANGKITAN IMAN”




Edisi II/ Tahun 2/ Januari 2013-April 2013

Untuk Kalangan SendirI



SALAM REDAKSI


Para pembaca yang budiman…. kembali “Suara kasih”, Buletin dari Yayasan Mutiara Kasih Indonesia edisi kedua kami persembahkan kepada anda sebagai sarana komunikasi antara Yayasan Mutiara Kasih Indonesia dengan pihak Penderma.

“Suara Kasih” di edisi yang kedua ini mempunyai Judul “KEBANGKITAN IMAN”, dimana kami mengajak para pembaca sekalian untuk merefleksikan keadaan iman kita saat ini.

“Suara Kasih” dalam edisi yang kedua akan menyajikan Kata Pengantar dari Ketua Yayasan, Renungan, Laporan Kegiatan, Program Tahun 2013, Laporan Keuangan dan Kata Bijak.

Akhirnya semoga melalui “Suara Kasih” komunikasi antara para pembaca, penderma dan Yayasan Mutiara Kasih Indonesia boleh terbentuk dan dibangun.

Redaksi “Suara Kasih”

SUSUNAN REDAKSI SUARA KASIH DAN SUSUNAN PENGURUS YMKI


SUSUNAN REDAKSI SUARA KASIH
Penasehat/ Penanggung jawab
: Sujanto
Pemimpin Umum               
: Fransiskus Eko
Pemimpin Redaksi
: Susana
Editor
: Sujanto

SUSUNAN PENGURUS YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA (YMKI)
Penasehat
:
Denny Hartono dan Sujanto
Ketua
:
Fransiskus Eko
Pengurus Harian
:
Susana

Selasa, 25 Juni 2013

PROFIL YAYASAN MUTIARA KASIH INDONESIA

Yayasan mutiara kasih, lahir dari kerinduan untuk mencerdaskan bangsa melalui pendidikan formal dan ikut ambil bagian dalam pendidikan moral dan spiritual untuk membentuk generasi bangsa yang mempunyai jiwa yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman, serta mempunyai budi pekerti yang baik dan mempunyai karakter yang baik. Apa yang baik dalam diri seseorang itu digali dan dibina serta dikembangkan sehingga dapat menjadi mutiara yang berharga dan memberikan kasih pada lingkungan sekitarnya. Yayasan Mutiara Kasih juga lahir dari kerinduan untuk menanamkan dan menjalankan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (sila ke 5 dari Pancasila) dibidang pendidikan.

VISI
Menjadikan peserta didik orang yang kuat dalam iman, berprestasi, mandiri dan mempunyai karakter yang baik.

MISI
1.       Menanamkan nilai-nilai rohani hingga mempunyai akar yang kuat dalam iman pada peserta didik.
2.       Menanamkan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan pada peserta didik.
3.       Menggali potensi anak dan mengembangkan potensi anak hingga mereka dapat berprestasi.
4.    Mengikuti perkembangan kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi dan mengajarkannya pada peserta didik.
5.       Memotivasi anak untuk maju dan berkembang serta mempunyai kepercayaan diri.
6.       Melakukan pendidikan karakter.

Kata Pengantar Penasehat Yayasan


Sulit dibayangkan jika kita kehilangan orang yang kita kasihi untuk selama-lamanya, terlebih jika kita berpikir bahwa dia adalah harapan untuk setiap masalah yang saat ini terjadi dan dia adalah satu-satunya jalan keluar untuk persoalan yang membentang didepan kita. Rasa frustrasi, putus harapan, kecewa dan tidak percaya pasti akan menguasai kehidupan kita.

Perasaan itulah yang dirasakan oleh murid-murid Tuhan Yesus, Raja yang mengajar mereka, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit bahkan membangkitkan orang mati ternyata harus terkulai tidak berdaya diatas kayu salib hina. Perasaan tersebut membawa mereka dalam kematian Iman, perasaan tersebut juga membawa mereka lupa akan setiap pengajaran dan kesaksian hidup yang telah Tuhan Yesus berikan dalam kehidupan mereka. Perasaan tersebut membawa mereka kembali ke titik nadir, kembali menjadi orang “biasa” saja.

Seperti Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian, Allah, Tuhan dan Juru selamat juga menghendaki setiap anak-anakNya bangkit dari kematian dan menjadi orang yang luar biasa. Tuhan Yesus tidak membiarkan para murid kembali kepada titik nadir. Tuhan Yesus kembali menampakan diri, makan bersama dan juga kembali mengajar para  murid. Ingat cerita ketika para murid Yesus telah bekerja keras semalam-malaman, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Tuhan Yesus terlebih dahulu datang dan menyapa mereka, Tuhan Yesus membantu mereka untuk mendapatkan ikan yang luar biasa banyaknya. Cerita ini sungguh luar biasa, memberikan makna yang dalam. Suatu kehidupan yang berputus-asa, frustasi, kecewa dan tanpa pertolongan Allah adalah sia-sia dan tanpa hasil. Tetapi sebaliknya, jika Tuhan Yesus hadir dalam kehidupan ini, hidup kita akan menjadi berarti, hidup kita akan menghasilkan buah yang melimpah, kita akan menjadi garam dan terang untuk dunia ini.

Undanglah Tuhan Yesus masuk ke dalam hatimu, kedalam hidupmu, biarlah Dia yang menjadi nahkoda dalam kehidupan ini. Berubahlah dari yang “biasa” menjadi “luar biasa”. Biarlah apa yang kita miliki dapat dipakai oleh Tuhan Yesus untuk merubah dunia ini, biarlah harta, talenta, kemampuan dan apapun yang kita minta mampu membawa angin perubahan, merubah yang “biasa” menjadi “luar biasa”.
 Biarlah buletin ini boleh menjadi media komunikasi diantara kita semua, sebagai media untuk berbagi mengenai mimpi dan jalan setapak yang telah kita lakukan bersama. Semoga setiap tulisan di dalam buletin ini boleh menjadi kebangkitan bagi iman kita, dan membawa suatu kehidupan.

Damai Kristus berserta kita semua. (Sjt)

KITA DIPANGGIL DAN DIUTUS SEBAGAI MURID


We are loved
We are safe
We are redeemed
We are rescued
We are hope filled
We are made new
We are together
We are free
WE ARE FORGIVEN


Selamat Pesta Paskah saudaraku! Tidak terasa kebersamaan kita sudah mendekati satu tahun usianya. Dan persatuan ini terpelihara tentunya tidak terlepas dari campur tangan Tuhan kita Yesus Kristus. Dialah yang berinisiatif untuk memulai, tentunya dia yang akan mendampingi kita di dalam proses pertumbuhan kita sebagai anggota tubuh mistik Kristus, dengan Yesus sendiri sebagai kepala.

Tentunya masih segar dalam ingatan kita peristiwa yang terjadi dengan Tuhan kita di pekan suci yang baru saja kita lewati. Ya, kita tidak hanya Palma, kita mengulangi peristiwa dimana Tuhan kita memasuki kota Yerusalem. Tradisi kita dan Kitab Suci mengatakan bahwa orang-orang yang mengiringi Tuhan yang menunggang keledai dengan daun palma di tangan untuk memasuki Yerusalem, adalah Pengikut Kristus. Sedangkan kita tidak hanya sebatas mengiringi Tuhan kita memasuki Yerusalem, kita juga diajak oleh Tuhan untuk mengalami “Yerusalem” dengan merayakan Ekaristi, perjamuan kudus bersama dengan dia. Jadi kita bukan saja pengikut, kita lebih dari sekedar pengikut, kita adalah murid Kristus, karena kita turut ambil bagian dalam perjamuan kudus yang Tuhan adakan untuk dan bersama kita. Inilah kesempatan mulia yang Tuhan berikan kepada kita agar bisa merasakan “Yerusalem abadi” walaupun kita masih berada sementara di dunia ini.

Di dalam perjamuan inilah Tuhan menyatakan kecintaannya kepada kita secara total melalui kisah sengsara yang kita dengar. Ya, Tuhan mencintai kita. Kisah ini disampaikannya di dalam perjamuan Ekaristi kudus, di dalam persatuan, di dalam komunio dengan umatnya. Jadi bagi kita yang sudah menjadi murid Kristus menjadi nyata; apapun penderitaan, apapun persoalan hidup yang kita hadapi, apapun kisah sengsara yang kita alami, apabila kita selalu bersatu, berada dalam komunio, mengalami perjamuan di dalam Ekaristi, kita pasti mengalami pembebasan dan kemerdekaan sebagai anak-anak Tuhan.


Pentingnya Perjamuan

Saudaraku sebenarnya kita diajak untuk menyadari betapa pentingnya persatuan sebagai anak-anak Tuhan di dalam kebersamaan. Tuhan sudah memulainya dengan mensharingkan pengalaman penderitaan yang akan dia alami melalui perjamuan, dan mengalami penderitaan di dalam perjamuan serta mengatasi penderitaan dengan perjamuan juga. Dia menjadi kuat karena berada dalam persatuan dan dalam komunio bersama dengan murid-muridnya. Ini seharusnya mengingatkan dan menyadarkan kita akan pentingnya perjamuan Tuhan untuk karya pelayanan kita bersama.

Lantas ada apa dengan Tomas sang rasul yang ragu dengan kebangkitan Tuhan? Apakah dia mangalami kejatuhan iman terhadap Gurunya? Apakah dia kecewa dengan kejadian yang dialami oleh Gurunya di mana sebelumnya mereka agungkan sebagai Sang Mesias? Ya ternyata bukan hanya Tomas, bahkan Petrus dan rasul yang lain menjadi tidak kuat dalam iman dan bahkan “jatuh” karena mereka tidak bersama, mereka tidak bersatu seperti ketika mereka bersama dengan sang Guru. Di antara mereka ada yang ke Emaus, ada yang di Yerusalem dan sibuk dengan aktivitas harian dan kepentingan mereka sendiri-sendiri, ada pula yang sembunyi karena takut.


Tomas yang tidak bersama

Sebenarnya bukan Tomas yang kurang percaya, tetapi Tomas yang tidak bersama. Tomas ragu dan kurang percaya karena dia keluar dari komunio para murid, dia di luar dari komunitas gereja perdana, dia tidak bersama dengan yang lain. Nah di sinilah kita melihat peran Tuhan yang nyata sebagai pemersatu. Figure Yesus justru mempersatukan kembali mereka, meneguhkan dan menguatkan mereka dengan salam kedamaian dan hembusan Roh Kudus. “DAMAI BAGIMU, TERIMALAH ROH KUDUS” (Yoh, 20:22)

Saudaraku, kitapun demikian, disaat kita tidak berada bersama komunitas, kita bekerja sendiri-sendiri tentu ada banyak kejatuhan yang bisa kita alami. Jangan putus asa, ada pribadi yang sudah bangkit yang akan selalu mempersatukan kita dan meneguhkan kita di setiap derap langkah hidup kita. Yakinlah bahwa Tuhan akan menguatkan kita karena kita adalah murid, kita akan dipersatukan, kita akan memperoleh sabda kedamaian dan juga kita akan dikuatkan dengan kuasa Roh Kudus.


Totalitas persatuan kita dengan Tuhan

Tuhan sebenarnya tidak hanya berada bersama dengan kita sebagai pengikutNya, tetapi dia bersama dengan kita yang adalah muridNya. Dari pengalaman kebersamaan inilah yang meneguhkan kita untuk diutus kepada mereka yang membutuhkan kasih dan penyertaan Tuhan.

Saudaraku, kita telah mengambil bagian di dalam kemuridan Kristus, kitapun sudah dan sedang diutus dalam pewartaan dan pelayanan bagi orang-orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Memang tidaklah mudah untuk berkarya di dunia modern seperti sekarang ini. Banyak tantangan dan kesulitan serta penderitaan yang kita hadapi. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan semuanya itu. Tuhan sendiri telah melewati dan mengatasi semuanya melalui persatuan, melalui kebersamaan, melalui komunio, melalui Ekaristi……

Kita sudah mengalami persatuan sebagai murid Kristus, di dalam kebangkitan-Nya, kita pasti bisa mengalami kemuridan Kristus di dalam pelayanan kita, sehingga pewartaan Tuhan yang bangkit menjadi sempurnah karena kita mewujud nyatakannya di dalam pelayanan kita kepada orang –orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Akhirnya mereka juga bisa mengalami rahmat kebangkitan Kristus seperti yang kita alami. Bukan tidak mungkin, berkat pelayanan kita dan rahmat Tuhan kelak mereka yang kita layani juga memperoleh gelar kemuridan Kristus seperti yang kita kenakan sekarang ini… bukankah hal ini membawah kebahagian juga kepada kita bahwa mereka bisa mengalami Yesus Sang Mesias di dalam kehadiran, pewartaan dan pelayanan kita??

Remember brothers and sisters, we aren’t just followers but we are disciples!!

By : Rm. Ferdinandus Reo, SDB (Kepala Sekolah SMPK. St. Mikael)