Kamis, 19 Mei 2016

Suara Kasih Edisi 11

Salam Redaksi

Salam damai sejahtera  para pembaca yang setia, baik hati dan budiman  “Suara kasih”. Buletin dari Yayasan Mutiara Kasih Indonesia edisi kesebelas kami persembahkan kepada anda sebagai sarana komunikasi antara Yayasan Mutiara Kasih Indonesia dengan pihak penderma.

“Suara Kasih” edisi yang kesebelas ini mempunyai Judul “KAMI TELAH MELIHAT TUHAN”, dimana kami mengajak para pembaca sekalian untuk membuka hati akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan sesama sehingga kerahiman Illahi dapat kita rasakan dalam hidup kita.

“Suara Kasih” dalam edisi yang kesebelas akan menyajikan Kata Pengantar, Renungan dan Laporan Kegiatan.

Semoga melalui “Suara Kasih”, komunikasi  antara para pembaca, penderma dan Yayasan Mutiara Kasih Indonesia boleh terjalin dengan baik. Kami juga menerima kritik dan saran untuk kemajuan dari Buletin ini. Salam damai sejahtera selalu….

Redaksi “Suara Kasih”

Kata Pengantar

Perjumpaan para murid dengan Tuhan membawa sukacita kepada mereka sehingga keluarlah dari bibir mereka “Kami telah melihat Tuhan”.  Dengan melihat Tuhan kembali, mereka menyadari bahwa Tuhan hidup kembali dan ini membuat iman mereka hidup kembali. Sebagai orang yang mengenal Tuhan, kita perlu mengalami perjumpaan dengan Tuhan, ini berarti bukan perjumpaan fisik dengan Tuhan, ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita yang menderita, kita berjumpa dengan Tuhan yang menderita, ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita yang melakukan ajaran kasih Allah maka kita melihat citra Tuhan. Semoga kita semakin melihat Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. (MAVS)

Renungan : We Have Seen God

Rm. Ferdinandus Rheo, SDB
Kepala Sekolah
SMPK. Santo Mikael Surabaya
Selamat Paskah sama saudaraku yang dikasihi Tuhan. Senang rasanya bisa berjumpa kembali via media ini, semoga semuanya sehat dan dalam naungan kasih Tuhan.

Sama saudaraku, Tuhan yang kita imani telah bangkit, kita melihat Dia karena kita mendapatkan cahaya kekudusan, cahaya yang memberi pengharapan, cahaya yang meneguhkan dan meyakinkan kita jika kita tidak mengimani Tuhan yang  salah. Ketika peristiwa penderitaan Tuhan terjadi, banyak yang meningglakan dia dan kembali kepada aktivitasnya masing-masing dan “menjauh” dari Yerusalem kota kudus tempat bait Allah. Perginya para pengikut dari Yesus yang disimbolkan dengan menjauhnya mereka dari Yerusalem juga dilakukan oleh para Rasul yang keseharian hidupnya bersama dengan Tuhan Yesus.

Apa saja yang dialami ketika mereka menjauh dan pergi? Tentunya mereka mengalami kegelapan, para rasul mangalami kemerosotan iman, mereka tidak dapat lagi mengenal Tuhan yang menampakan diri seperti dalam perjalanan mereka ke Emaus (Lukas 24:13-35) karena mereka melihat tidak lagi dengan mata iman. Dan bahkan berada dalam kegelapan hasil tangkapan mereka semalam-malaman tidak membuahkan hasil, namun ketika sang terang datang mereka mendapatkan hasil tangkapan ikan yang begitu bayak, sejumlah 153 ekor ikan besar (Yoh. 21:11). Ada apa dengan 153 ekor ikan besar? Mengapa bukan 7, 10, 12, 40 atau 5000 sesuai dengan jumlah yang sering disebut dalam Kitab Suci? Ternyata 153 ekor ikan besar mau mengingatkan mereka akan banyaknya mukjisat yang dilakukan Tuhan semasa masih bersama-sama dengan para rasul, yang disimbolkan dengan 153 ekor ikan besar. Sungguh kaya memang Kitab Suci, apabila kita membaca dan merenungkan serta mengerti dan mengamalkannya. We have seen God, juga merupakan seruan untuk kembali membuka memory kita akan penyelenggaran Ilahi dengan banyaknya berkat yang kita terima selama hidup kita. Pembuktian terbesar dari berkatNya adalah kembangkitan Tuhan itu sendiri.

Sama saudaraku, Tuhan sudah bangkit, kita sudah melihat Tuhan, suka cita Paskah sudah dan sedang kita rayakan, namun apakah kita juga mengalami Paskah Tuhan? Inilah pertanyaan reflektif yang bisa menjadi permenungan kita.

Pernah ada seorang pengusaha muda keluar dari kantornya untuk makan siang, ketika sampai di tempat parkir mobil ia melihat seorang anak yang sedang memperhatikan mobilnya dengan penuh penasaran. Lantas anak itu bertanya kepada pengusaha muda, “apakah ini mobil bapak?” oh ya ini mobil saya, jawab pengusaha itu, “wow bagus ya mobilnya” oh ya bagus memang, by the way actualy ini mobil hadiah Natal dari kakak saya! “oh I see, hebat ya saudara bapak yang memberikan mobil ini, jujur aku suka!” pengusaha muda sedang berpikir bahwa pasti anak ini akan mengatakan aku mau punya saudara perti kakakmu! Namun akhirnya anak itu melanjutkan “Bapak aku suka dengan sikap saudara Bapak, aku mau seperti saudara Bapak yang memiliki sifat yang mau berbagi, aku juga ingin berbagi kasih dengan saudara mudaku, aku mau dia merasakan kasihku kepadanya”, mendengar kata-kata anak itu, pengusaha muda memutuskan untuk tidak makan siang akan tetapi kembali ke kantor dan mulai merenungkan perkataan anak kecil tadi dan rasa rasa laparnya pun hilang seketika.

Sama saudaraku memang kebahagian terbesar bukan ketika kita bisa menerima namun ketika kita bisa berbagi seperti Tuhan berbagi seluruh hidupnya untuk kita umatnya. Ketika kita bisa bebrbagi, berarti kita sudah mengalami Paskah, dan kita sebenarnya secara tidak langsung telah mengatakan melalui perbuatan kita bahwa “We have seen God” yang bangkit.


Selamat Paskah, Berkah Dalem. 

LIPUTAN KEGIATAN YMKI - REKOLEKSI OUTBOUND SISWA 2016

Puji Syukur atas penyelenggaraan Ilahi, kami boleh mengadakan Rekoleksi Outbound Siswa pada tanggal 13-14 Februari 2016 di rumah retreat Sasana Krida Jatijejer, Mojokerto.
Rekoleksi yang dikhususkan untuk siswa-siswi SMP ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 7 sampai dengan kelas 9 dari SMPK Santo Mikael Surabaya, SMPK Indriasana 4 Surabaya, dan SMPK Indriasana 7 Surabaya, dengan total jumlah peserta 205 orang.

Rekoleksi ini diadakan selama 2 hari 1 malam dan bertema “Transformer Generation”. Tujuan dari rekoleksi ini adalah membawa peserta kepada penyadaran untuk transformasi diri. Ada 3 sesi yang disampaikan pada hari Sabtu, 13 Februari 2016, yaitu Transformasi Hati, Transformasi Pikiran, danTransformasi Perilaku. Sesi ke-3 ditutup dengan acara pelepasan balon yang telah diikatkan dengan kertas impian dan harapan yang mereka tulis. Pada hari minggu, diadakan Outbound untuk melengkapi sesi dalam tindakan nyata.









Selasa, 02 Februari 2016

Suara Kasih Edisi 10


SALAM REDAKSI


Salam damai sejahtera  para pembaca yang setia, baik hati dan budiman  “Suara kasih”. 

Buletin dari Yayasan Mutiara Kasih Indonesia edisi  kesepuluh  kami persembahkan kepada anda sebagai sarana komunikasi antara Yayasan Mutiara Kasih Indonesia dengan pihak Penderma.

“Suara Kasih” yang ke sepuluh ini mempunyai Judul “ANGKATLAH WAJAHMU BAGI RAJAMU”, dimana kami mengajak para pembaca sekalian untuk mempunyai hati yang teguh untuk memasuki tahun 2016 dengan memandang kebesaran kasih Tuhan, Raja Alam Semesta dan isinya serta tetap mempunyai empati terhadap sesama yang tak berdaya sebagai bentuk aksi kita di tahun kerahiman Illahi.

“Suara Kasih” dalam edisi yang ke sepuluh akan menyajikan Kata Pengantar, Renungan dan Laporan Kegiatan. Semoga melalui “Suara Kasih”, komunikasi antara para pembaca, penderma dan Yayasan Mutiara Kasih Indonesia boleh terjalin dengan baik.

Kami juga menerima kritik dan saran untuk kemajuan dari Buletin ini.

Salam damai sejahtera selalu….
Redaksi “Suara Kasih”

Kata Pengantar : Angkatlah Wajah, Rajamu Tiba

Malam itu, aku tidak dapat tertidur, rasa penat setalah beraktifitas seharian rupanya  tidak cukup mengantar aku kedalam alam mimpi.

Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa takut dan gentar untuk memasuki tahun 2016.

Aku takut karena aku tahu barang-barang di pasar akan semakin mahal,

Aku takut karena persaingan di dunia kerja semakin berat, aku takut tidak mampu memberikan kehidupan yang baik untuk keluargaku, aku takut tidak dapat menyekolahkan anak-anak-ku.

Semua ketakutan itu seakan mengengelamkan pikiran dan seluruh hidupku.

Saat itulah aku teringat akan Seorang Sahabat  yang selalu ada dalam kehidupan ini. Sahabatku mengajak aku untuk kembali melihat sejarah kehidupanku, semenjak aku kecil sampai sekarang.

Sahabatku mengajak untuk melihat kedalam diriku sendiri, menyadarkan betapa kecil dan lemahnya diriku, betapa rapuh dan tidak berdayanya diriku. Tidak berhenti disana, Dia juga menunjukan bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupanku. Bagaimana Allah Bapa mencintai dan memelihara diriku  dan seluruh keluargaku. Dia mengajak aku untuk merenungkan, betapa berartinya diriku bagiNya. Saat itulah aku kembali sadar, betapa aku dicintai, dipelihara, ditebus dan tanganku selalu dituntun oleh Roh Kudus dalam kehidupan ini. Aku sadar betapa kehidupanku berarti bagi Allah.

Mungkin ada pembaca yang mengalami ketakutan yang sama dengan apa yang aku alami, saat inilah waktunya bagi kita semua untuk mengangkat wajah dalam menyambut tahun 2016. Karena tahun inilah tahun Yubilium Kerahiman Ilahi, tahun penuh rahmat dan pengampunan, tahun dimana kita semua harus bangkit dalam menjalani kehidupan, menjadi lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Marilah kita menyambut uluran tangan Tuhan, marilah kita pegang tanganNya dalam menjalani hari-hari kita, biarlah kita semua boleh mengalami pengalaman kasih Allah, biarlah Rahmat Pengampunan memperbarui hidup kita, biarlah iman kita terus bertumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya biarlah kehidupan kita boleh memberikan pengharapan dan kehidupan bagi orang lain.

Akhir kata, ijinkanlah penulis mengucapkan selamat Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.

Mari kita penuhi tahun 2016 dengan iman dan kepercayaan akan kerahiman Allah, dengan kerja keras dan pengharapan, dengan doa dan kasih, dan juga dengan karya pelayanan kepada sesama.

Angkatlah Wajah, Rajamu tiba…….


By : Sujanto

Renungan : IN THE FATHER’S HOUSE

Selamat Natal Saudaraku!

Natal selalu diasosiasikan dengan kebersamaan, persatuan dan momen berkumpulnya keluarga bahkan identik dengan keluarga itu sendiri. Kita tentu pernah merasakan bagaiman begitu banyak orang yang, pada saat menjelang Malam Natal, mencoba dengan berbagai cara bahkan cara terbaik mereka untuk mendapatkan tumpangan agar bisa pulang dan bersatu dengan keluarga baik di kota maupun di desa. 

Natal tanpa keluarga hanyalah sebuah perayaan yang kosong, tanpa makna, karena hanya bisa dinikmati dari jauh. Kesatuan Hati dengan persaaan memiliki hanya bisa dirasakan ketika kita berada di rumah. Ya "di rumah Bapa."

Kita baru saja melewati liturgy "Keluarga Kudus." Ini adalah pengalaman kehidupan keluarga yang sudah dinubuatkan yang mana kita mengetahui bahwa kehidupan “keluarga kudus” mengalami pergeseran dari kehidupan yang sederhana di palungan sampai pada tingkat rumit segera setelah anak lahir. Mulai dengan pemimpin tidak ramah dan tidak memberikan rasa aman dengan perasaan iri seperti Herodes sudah dikelabui dengan ide-ide gila yang sangat komplikasi. Namun berkat kepemimpinan seorang kepala keluarga, oleh Joseph, ibu dan anak dilarikan diri ke Mesir untuk menghindari ancaman bagi kehidupan bayi yang berada dalam bahaya.

Keluarga dan keluarga Kristen pada umumnya sekarang juga terancam punah dengan beragam cara. Kehidupan keluarga di seluruh dunia sekarang mengalami situasi rumit dan mengepung dan terkepung dari semua lini kehidupan. Sama seperti kanak Yesus, anak-anak, juga, di zaman kita terancam oleh begitu banyak tantangan bukan hanya nilai kehidupan, tetapi juga melawan begitu banyak nilai-nilai atau hak-hak lain yang seharusnya anak-anak nikmati diusia mereka. Dan banyak kehidupan dari keluarga yang awalnya suci oleh sakramen, terpaksa berjuang untuk kembali kepada kesucian karena tantangan yang merusak nilai kekudusan dalam keluarga.

Keluarga Yesus, Maria dan Yusuf juga menghadapi tantangan pemisahan yang menyakitkan secara tiba-tiba. Anak laki-laki, yang berusia tidak lebih dari 12 tahun, hilang seharian. Orang tua bingung mencari di seluruh anggota keluarga dan sahabat kenalan, mereka panik dan mencoba untuk memahami rasa sakit saat mendengarkan jawaban yang tampaknya menyakitkan dari anak ketika ditanya: "Mengapa kamu mencari Aku? Apakah kamu tidak tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku? "

Anak itu, sejak awal, sudah mengetahui prioritasnya. Orang tua, agak terlambat juga, mengerti bahwa itu adalah bagian dari kehidupan keluarga menjadi untuk rasul, juga, untuk orang lain dan atas nama Allah. Agak terlambat, juga, Yusuf dan Maria belajar bahwa kebersamaan keluarga dan kesatuan tidak hanya akan berarti kehadiran secara fisik berkumpul bersama-sama sepanjang waktu, tetapi bersatu dalam melakukan “Bisnis Bapa”.

Anak itu, akan membuat mereka mengerti pada waktunya, bahwa dia harus berada di dalam rumah Bapa untuk melakukan misis seperti Allah kehendaki yakni menjadi instrumen Bapa yang menyelamatkan.

Ya, teman-teman, orang tua tercinta dan anak-anak tercinta. Keluarga Kristiani diminta oleh Tuhan untuk berbagi iman. Mereka juga dikirim untuk menjadi utusan melakukan rencana Bapa bagi dunia dan bagi kemanusiaan.

Keluarga, menurut ajaran Gereja, harus menjadi Gereja domestik, dan hal terakhir yang saya dengar adalah, Gereja pada intinya berarti yang diutus, hadir dengan bisnis Allah, dan melakukan kehendak Bapa.
 
Jadi bagaimana dengan kita? Apakah kita akan menghabiskan waktu kita, usaha dan semua sumber daya yang kita miliki di rumah Bapa?

By : Rm. Ferdinandus Reo, SDB (Kepala Sekolah SMPK. Santo Mikael)

LIPUTAN KEGIATAN YMKI- RETREAT ANAK SMP KELAS VII


Puji Syukur kepada Allah karena Yayasan Mutiara Kasih dapat mengadakan retreat untuk anak-anak SMP kelas VII di Canta Yumana-Trawas, pada tanggal 25-27 September 2015. Retreat yang mempunyai tema “Life is Beautiful”  ini diadakan dengan tujuan dan kerinduan yang dalam untuk membawa anak-anak mengalami pemulihan hidup dalam Tuhan, dalam keluarga dan dalam hubungan dengan sesama.

Retreat tahun ini diikuti oleh 48 Siswa kelas VII dari SMPK Santo Mikael, Surabaya dan 13 Siswa kelas VII  dari SMPK Indriasana 4, Surabaya dan 27 Siswa kelas VII dari SMPK Indriasana 7, Surabaya, total peserta retreat adalah 89 Siswa dengan didampingi 10 guru dari ketiga Sekolah tersebut diatas. Retreat yang dikemas dalam 6 Session dibawakan oleh 3 pembicara muda dari BPK PKK Surabaya.

Harapan kami setelah retreat ini anak-anak dapat mengalami sukacita meskipun masalah tetap ada dan selalu rindu untuk bersekutu dengan Tuhan dengan menempatkan Tuhan sebagai yang terutama untuk sumber sukacita mereka. AMDG….  






Selamat Natal dan Tahun Baru