Selasa, 02 Februari 2016

Suara Kasih Edisi 10


SALAM REDAKSI


Salam damai sejahtera  para pembaca yang setia, baik hati dan budiman  “Suara kasih”. 

Buletin dari Yayasan Mutiara Kasih Indonesia edisi  kesepuluh  kami persembahkan kepada anda sebagai sarana komunikasi antara Yayasan Mutiara Kasih Indonesia dengan pihak Penderma.

“Suara Kasih” yang ke sepuluh ini mempunyai Judul “ANGKATLAH WAJAHMU BAGI RAJAMU”, dimana kami mengajak para pembaca sekalian untuk mempunyai hati yang teguh untuk memasuki tahun 2016 dengan memandang kebesaran kasih Tuhan, Raja Alam Semesta dan isinya serta tetap mempunyai empati terhadap sesama yang tak berdaya sebagai bentuk aksi kita di tahun kerahiman Illahi.

“Suara Kasih” dalam edisi yang ke sepuluh akan menyajikan Kata Pengantar, Renungan dan Laporan Kegiatan. Semoga melalui “Suara Kasih”, komunikasi antara para pembaca, penderma dan Yayasan Mutiara Kasih Indonesia boleh terjalin dengan baik.

Kami juga menerima kritik dan saran untuk kemajuan dari Buletin ini.

Salam damai sejahtera selalu….
Redaksi “Suara Kasih”

Kata Pengantar : Angkatlah Wajah, Rajamu Tiba

Malam itu, aku tidak dapat tertidur, rasa penat setalah beraktifitas seharian rupanya  tidak cukup mengantar aku kedalam alam mimpi.

Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa takut dan gentar untuk memasuki tahun 2016.

Aku takut karena aku tahu barang-barang di pasar akan semakin mahal,

Aku takut karena persaingan di dunia kerja semakin berat, aku takut tidak mampu memberikan kehidupan yang baik untuk keluargaku, aku takut tidak dapat menyekolahkan anak-anak-ku.

Semua ketakutan itu seakan mengengelamkan pikiran dan seluruh hidupku.

Saat itulah aku teringat akan Seorang Sahabat  yang selalu ada dalam kehidupan ini. Sahabatku mengajak aku untuk kembali melihat sejarah kehidupanku, semenjak aku kecil sampai sekarang.

Sahabatku mengajak untuk melihat kedalam diriku sendiri, menyadarkan betapa kecil dan lemahnya diriku, betapa rapuh dan tidak berdayanya diriku. Tidak berhenti disana, Dia juga menunjukan bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupanku. Bagaimana Allah Bapa mencintai dan memelihara diriku  dan seluruh keluargaku. Dia mengajak aku untuk merenungkan, betapa berartinya diriku bagiNya. Saat itulah aku kembali sadar, betapa aku dicintai, dipelihara, ditebus dan tanganku selalu dituntun oleh Roh Kudus dalam kehidupan ini. Aku sadar betapa kehidupanku berarti bagi Allah.

Mungkin ada pembaca yang mengalami ketakutan yang sama dengan apa yang aku alami, saat inilah waktunya bagi kita semua untuk mengangkat wajah dalam menyambut tahun 2016. Karena tahun inilah tahun Yubilium Kerahiman Ilahi, tahun penuh rahmat dan pengampunan, tahun dimana kita semua harus bangkit dalam menjalani kehidupan, menjadi lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Marilah kita menyambut uluran tangan Tuhan, marilah kita pegang tanganNya dalam menjalani hari-hari kita, biarlah kita semua boleh mengalami pengalaman kasih Allah, biarlah Rahmat Pengampunan memperbarui hidup kita, biarlah iman kita terus bertumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya biarlah kehidupan kita boleh memberikan pengharapan dan kehidupan bagi orang lain.

Akhir kata, ijinkanlah penulis mengucapkan selamat Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.

Mari kita penuhi tahun 2016 dengan iman dan kepercayaan akan kerahiman Allah, dengan kerja keras dan pengharapan, dengan doa dan kasih, dan juga dengan karya pelayanan kepada sesama.

Angkatlah Wajah, Rajamu tiba…….


By : Sujanto

Renungan : IN THE FATHER’S HOUSE

Selamat Natal Saudaraku!

Natal selalu diasosiasikan dengan kebersamaan, persatuan dan momen berkumpulnya keluarga bahkan identik dengan keluarga itu sendiri. Kita tentu pernah merasakan bagaiman begitu banyak orang yang, pada saat menjelang Malam Natal, mencoba dengan berbagai cara bahkan cara terbaik mereka untuk mendapatkan tumpangan agar bisa pulang dan bersatu dengan keluarga baik di kota maupun di desa. 

Natal tanpa keluarga hanyalah sebuah perayaan yang kosong, tanpa makna, karena hanya bisa dinikmati dari jauh. Kesatuan Hati dengan persaaan memiliki hanya bisa dirasakan ketika kita berada di rumah. Ya "di rumah Bapa."

Kita baru saja melewati liturgy "Keluarga Kudus." Ini adalah pengalaman kehidupan keluarga yang sudah dinubuatkan yang mana kita mengetahui bahwa kehidupan “keluarga kudus” mengalami pergeseran dari kehidupan yang sederhana di palungan sampai pada tingkat rumit segera setelah anak lahir. Mulai dengan pemimpin tidak ramah dan tidak memberikan rasa aman dengan perasaan iri seperti Herodes sudah dikelabui dengan ide-ide gila yang sangat komplikasi. Namun berkat kepemimpinan seorang kepala keluarga, oleh Joseph, ibu dan anak dilarikan diri ke Mesir untuk menghindari ancaman bagi kehidupan bayi yang berada dalam bahaya.

Keluarga dan keluarga Kristen pada umumnya sekarang juga terancam punah dengan beragam cara. Kehidupan keluarga di seluruh dunia sekarang mengalami situasi rumit dan mengepung dan terkepung dari semua lini kehidupan. Sama seperti kanak Yesus, anak-anak, juga, di zaman kita terancam oleh begitu banyak tantangan bukan hanya nilai kehidupan, tetapi juga melawan begitu banyak nilai-nilai atau hak-hak lain yang seharusnya anak-anak nikmati diusia mereka. Dan banyak kehidupan dari keluarga yang awalnya suci oleh sakramen, terpaksa berjuang untuk kembali kepada kesucian karena tantangan yang merusak nilai kekudusan dalam keluarga.

Keluarga Yesus, Maria dan Yusuf juga menghadapi tantangan pemisahan yang menyakitkan secara tiba-tiba. Anak laki-laki, yang berusia tidak lebih dari 12 tahun, hilang seharian. Orang tua bingung mencari di seluruh anggota keluarga dan sahabat kenalan, mereka panik dan mencoba untuk memahami rasa sakit saat mendengarkan jawaban yang tampaknya menyakitkan dari anak ketika ditanya: "Mengapa kamu mencari Aku? Apakah kamu tidak tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku? "

Anak itu, sejak awal, sudah mengetahui prioritasnya. Orang tua, agak terlambat juga, mengerti bahwa itu adalah bagian dari kehidupan keluarga menjadi untuk rasul, juga, untuk orang lain dan atas nama Allah. Agak terlambat, juga, Yusuf dan Maria belajar bahwa kebersamaan keluarga dan kesatuan tidak hanya akan berarti kehadiran secara fisik berkumpul bersama-sama sepanjang waktu, tetapi bersatu dalam melakukan “Bisnis Bapa”.

Anak itu, akan membuat mereka mengerti pada waktunya, bahwa dia harus berada di dalam rumah Bapa untuk melakukan misis seperti Allah kehendaki yakni menjadi instrumen Bapa yang menyelamatkan.

Ya, teman-teman, orang tua tercinta dan anak-anak tercinta. Keluarga Kristiani diminta oleh Tuhan untuk berbagi iman. Mereka juga dikirim untuk menjadi utusan melakukan rencana Bapa bagi dunia dan bagi kemanusiaan.

Keluarga, menurut ajaran Gereja, harus menjadi Gereja domestik, dan hal terakhir yang saya dengar adalah, Gereja pada intinya berarti yang diutus, hadir dengan bisnis Allah, dan melakukan kehendak Bapa.
 
Jadi bagaimana dengan kita? Apakah kita akan menghabiskan waktu kita, usaha dan semua sumber daya yang kita miliki di rumah Bapa?

By : Rm. Ferdinandus Reo, SDB (Kepala Sekolah SMPK. Santo Mikael)

LIPUTAN KEGIATAN YMKI- RETREAT ANAK SMP KELAS VII


Puji Syukur kepada Allah karena Yayasan Mutiara Kasih dapat mengadakan retreat untuk anak-anak SMP kelas VII di Canta Yumana-Trawas, pada tanggal 25-27 September 2015. Retreat yang mempunyai tema “Life is Beautiful”  ini diadakan dengan tujuan dan kerinduan yang dalam untuk membawa anak-anak mengalami pemulihan hidup dalam Tuhan, dalam keluarga dan dalam hubungan dengan sesama.

Retreat tahun ini diikuti oleh 48 Siswa kelas VII dari SMPK Santo Mikael, Surabaya dan 13 Siswa kelas VII  dari SMPK Indriasana 4, Surabaya dan 27 Siswa kelas VII dari SMPK Indriasana 7, Surabaya, total peserta retreat adalah 89 Siswa dengan didampingi 10 guru dari ketiga Sekolah tersebut diatas. Retreat yang dikemas dalam 6 Session dibawakan oleh 3 pembicara muda dari BPK PKK Surabaya.

Harapan kami setelah retreat ini anak-anak dapat mengalami sukacita meskipun masalah tetap ada dan selalu rindu untuk bersekutu dengan Tuhan dengan menempatkan Tuhan sebagai yang terutama untuk sumber sukacita mereka. AMDG….  






Selamat Natal dan Tahun Baru